KATA
PENGANTAR
Dengan
segala kerendahan hati kami memanjatkan segala puji & syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Perekonomian
Indonesia. Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik
dari segi penulisan,isi,dan lain sebagainya. Maka, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik guna perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini diterima dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya dalam menambah wawasan
dan pengetahuan di bidang Ilmu Ekonomi. Atas perhatian dan kerja sama nya kami
mengucapkan Terima kasih.
Bekasi,
Mei 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
……………………………………………………………………. 1
Daftar Isi
…………………………………………………………………………… 2
BAB
I :
Pendahuluan
………………………………………………………………………… 3
BAB
II :
Pembahasan ekonomi
……………………………………………………………… 4
Jenis-Jenis Pengangguran
………………………………………………………….. 8
Penyebab & Dampak
terjadinya Pengangguran …………………………………… 6
Kebijakan Pemerintah
untuk mengatasi Pengangguran ……………………………. 7
Inflasi .........………………………………………………………………………..
8
Beberapa cara untuk
menggolongkan jenis-jenis Inflasi ………………………….. 8
Keterkaitan
Pengangguran dengan Inflasi ………………………………………… 9
BAB
III :
Penutup &
Kesimpulan ……………………………………………………………. 10
Daftar Pustaka
……………………………………………………………………… 11
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Sebuah Negara tidak
akan pernah bisa lepas dari berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan
warga negaranya. Terlebih pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk
yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan
harga (inflasi) dan kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa
ini dan membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar
tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Rumusan Masalah
a. Penyebab hubungan antara
Pengangguran dan Inflasi
b. Dampak Pengangguran
dan Inflasi terhadap Masyarakat Indonesia
Tujuan Makalah
Mengetahui konsep
Pengangguran & Inflasi Mengetahui hubungan antara Pengangguran &
Inflasi Mengetahui Kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk
mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
BAB
II
PEMBAHASAN
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses
dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional
riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan
ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Teori
& Model Pertumbuhan Ekonomi
• Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi enterpreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalilstik.Dinamika persaingan akan mendorong hal ini.
• Model Pertumbuhan Harrot-Domar
Menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
Menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural.Selain kuantitas faktor produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi natural dikalikan dengan nisbah kapital-output.
• Model Input-Output Leontief.
Merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antar industri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
Merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antar industri. Dengan menggunakan tabel ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antarindustri. Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah dianggap konstan tak berubah .
• Model Pertumbuhan Lewis
Merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara sedang berkembang banyak (padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
Merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara sedang berkembang banyak (padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang dibiayai dari surplus keuntungan.
Strategi
pertumbuhan ekonomi
Industrialisasi Versus Pembangunan
Pertanian
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya.
Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
Pembangunan pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan, saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya.
Kenaikan produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan pendapatan di sektor tersebut.
Strategi Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor.
Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
Stategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor.
Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
Pertumbuhan Ekonomi 2011 Direvisi Jadi
6,4%
Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011. Dalam diskusi dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan target pertumbuhan ekonomi menjadi 6,4 persen. Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Tim Ekonomi dari Bank Dunia diwakili oleh Dr. Enrique Blanco Armas yang menyampaikan paparan berjudul ‘Indonesia 212, Economic Prospects and Strategic Issues’. Pokok bahasannya adalah bahwa Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan, yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Tim Ekonomi Bank Dunia ini, ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan ekspor Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri.
Untuk periode setelah 2012, khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim Ekonomi ini mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen diperlukan upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan produktivitas (TFP/Total Factor Productivity).
Dalam memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia ini, Tim Ekonomi Bank Dunia juga telah mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus diatasi, antara lain:
1. tingkat investasi Indonesia terhadap PDB sebesar 30 persen yang walaupun telah setara dengan berbagai negara lain, seperti China, India, dan Korea Selatan, namun daya investasi ini terhadap pertumbuhan ekonomi belum optimal.
2. Dibandingkan dengan berbagai negara ASEAN, kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastrukturnya masih tertinggal.
3. Iklim usaha Indonesia masih harus lebih ditingkatkan karena ranking Indonesia di ‘Global Rank In Doing Business, masih berada pada posisi ke-121, yang walaupun lebih baik dari Filipina dan Kambodia yang masing-masing berada pada posisi 148 dan 147, masih berada di bawah Singapura yang berada pada posisi ke-1, Thailand ke-19, dan Malaysia ke-21.
Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Pemerintah merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011. Dalam diskusi dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyampaikan target pertumbuhan ekonomi menjadi 6,4 persen. Revisi ini naik 0,1 persen dibanding usulan semula yang hanya 6,3 persen.
Tim Ekonomi dari Bank Dunia diwakili oleh Dr. Enrique Blanco Armas yang menyampaikan paparan berjudul ‘Indonesia 212, Economic Prospects and Strategic Issues’. Pokok bahasannya adalah bahwa Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya selama dua tahun kedepan, yaitu dari 6.1 persen pada tahun 2010 menjadi 6.4 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 6.7 persen pada tahun 2012.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama dua tahun kedepan ini, menurut Tim Ekonomi Bank Dunia ini, ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan peningkatan ekspor yang sejalan dengan akan semakin pulihnya ekonomi negara-negara maju tujuan ekspor Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat selama dua tahun kedepan ini juga dicirikan oleh semakin mengecilnya surplus transaksi berjalan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya impor barang modal yang diperlukan untuk menopang pertumbuhan industri manufaktur. Namun, gejala peningkatan harga-harga komoditi di pasar dunia mempunyai dampak ganda, yaitu disatu pihak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dilain pihak meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri.
Untuk periode setelah 2012, khususnya menjelang akhir tahun 2014, Tim Ekonomi ini mengatakan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen diperlukan upaya khusus untuk lebih meningkatkan investasi atau meningkatkan produktivitas (TFP/Total Factor Productivity).
Dalam memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia ini, Tim Ekonomi Bank Dunia juga telah mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus diatasi, antara lain:
1. tingkat investasi Indonesia terhadap PDB sebesar 30 persen yang walaupun telah setara dengan berbagai negara lain, seperti China, India, dan Korea Selatan, namun daya investasi ini terhadap pertumbuhan ekonomi belum optimal.
2. Dibandingkan dengan berbagai negara ASEAN, kemajuan Indonesia dalam pembangunan infrastrukturnya masih tertinggal.
3. Iklim usaha Indonesia masih harus lebih ditingkatkan karena ranking Indonesia di ‘Global Rank In Doing Business, masih berada pada posisi ke-121, yang walaupun lebih baik dari Filipina dan Kambodia yang masing-masing berada pada posisi 148 dan 147, masih berada di bawah Singapura yang berada pada posisi ke-1, Thailand ke-19, dan Malaysia ke-21.
Untuk lebih meningkatkan peluang
pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan, Tim Ekonomi Bank Dunia menyarankan
antara lain beberapa langkah sebagai berikut:
• pertama, merefomasi peraturan yang memberi keluwesan lebih besar bagi pengusaha dalam penempatan dan penghentian tenaga kerja.
• kedua, penyempurnaan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
• ketiga, menyempurnakan kebijaksanaan subsidi BBM, yang saat ini masih sangat regresif.
• keempat, menciptakan fiscal space dan meningkatkan efisiensi penggunaannya.
• pertama, merefomasi peraturan yang memberi keluwesan lebih besar bagi pengusaha dalam penempatan dan penghentian tenaga kerja.
• kedua, penyempurnaan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
• ketiga, menyempurnakan kebijaksanaan subsidi BBM, yang saat ini masih sangat regresif.
• keempat, menciptakan fiscal space dan meningkatkan efisiensi penggunaannya.
Pengangguran
Pengangguran adalah
orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari
pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja
contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan
tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan
pekerjaan.
Pengangguran
atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Jenis-Jenis
Pengangguran
Berdasarkan Jam Kerja Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
Ø Pengangguran
Terselubung (Disguised Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Ø Setengah
Menganggur (Under Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
Ø Pengangguran
Terbuka (Open Unemployment) adalah Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan Penyebab
Terjadinya Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi
7 macam :
Ø Pengangguran
Friksional (Frictional Unemployment) Pengangguran Friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Ø Pengangguran Konjungtural (Cycle
Unemployment) Pengangguran Konjungtoral adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
Ø Pengangguran Struktural (Structural
Unemployment) Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
ü Akibat
permintaan berkurang
ü Akibat kemajuan
dan penggunaan teknologi
ü Akibat
kebijakan pemerintah
Ø Pengangguran Musiman
(Seasonal Unemployment) Pengangguran Musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian
yang menanti musim durian.
Ø Pengangguran
Siklikal Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
Ø Pengangguran
Teknologi Pengangguran Teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
Ø Pengangguran
Siklus Pengangguran Siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran Siklus disebabkan
oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Penyebab
terjadinya Pengangguran
Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran
dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah
angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Dampak terjadinya Pengangguran Bagi Perekonomian Negara
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Dampak terjadinya Pengangguran Bagi Perekonomian Negara
1.
Penurunan pendapatan perkapita.
2.
Penurunan pendapatan pemerintah yang
berasal dari sektor pajak.
3.
Meningkatnya biaya sosial yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi Masyarakat Pengangguran merupakan beban
psikologis dan psikis.
1.
Pengangguran dapat menghilangkan
keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
2.
Pengangguran akan menimbulkan
ketidakstabilan sosial dan politik.
Kebijakan-kebijakan
Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
Adanya bermacam-macam
pengangguran membutuhkan berbagai cara untuk mengatasinya yang disesuaikan
dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut :
Cara Mengatasi
Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang
digunakan adalah :
1.
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga
kerja.
2.
Segera memindahkan kelebihan tenaga
kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang
kekurangan.
3.
Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk
mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
4.
Segera mendirikan industri padat karya
di wilayah yang mengalami pengangguran.
§ Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi pengangguran secara
Friksional antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
1. Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya.
2. Menggalakkan
pengembangan sektor informal, seperti home industry.
3. Menggalakkan
program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
formal lainnya.
4. Pembukaan
proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
§ Cara
Mengatasi Pengangguran Musiman Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara
sebagai berikut :
1. Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
2. Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
§ Cara
Mengatasi Pengangguran Siklus Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara
lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
1. Mengarahkan
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
2. Meningkatkan
daya beli masyarakat.
INFLASI
Berbagai definisi tentang
inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga (2001: 237) menyatakan bahwa
Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan
secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu
saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja (1997: 32)
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan
terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang
maka hal ini disebut inflasi.
Sementara itu Eachern
(2000: 133) menyatakan bahwa Inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam
rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan
bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa Inflasi adalah suatu
proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya
BPS (2000: 10) mendefinisikan Inflasi sebagai salah satu indikator untuk
melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan
perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga
konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli
masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi
besarnya produksi barang.
Berdasarkan berbagai
definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
secara umum Inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus
(berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara
tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga
tidak dikatakan inflasi.
Beberapa
cara untuk menggolongkan Jenis-jenis Inflasi
Penggolongan pertama
didasarkan pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Membedakan beberapa macam
inflasi yaitu :
Ø Inflasi
Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen per tahun)
Ø Inflasi
Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)
Ø Hiperinflasi
(inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi
dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
Dilihat dari tingkat
keparahannya, Inflasi dapat dipilah dalam tiga kategori :
·
Inflasi Sedang (Moderate Inflation) Yaitu
inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat, dan
tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
·
Inflasi Ganas (Galloping Inflation) Yaitu
inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200
persen per tahun dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius dalam
perekonomian.
·
Hyperinflasi (Hyperinflation) Yaitu
tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen
per tahun, merupakan jenis yang mematikan.
Jenis-jenis Inflasi
dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya Inflasi tersebut
Ø Inflasi
tarikan permintaan Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan
permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan
penawaran atau produksi agregat.
Ø inflasi
dorongan biaya Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya
produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
Ø Inflasi
Struktural Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan
struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap
permintaan yang meningkat.
Keterkaitan
Pengangguran dengan Inflasi
Dalam indikator ekonomi
makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro.
Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat
dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua
adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang
dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan
daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu
inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga.
Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu
barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau
daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung
kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan
harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah
pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu
menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara
berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena
sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan
pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.
Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara
berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah
pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di
negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business
cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan
penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari
pembahasan sebelumnya dapat ditarik Kesimpulan, bahwa Inflasi menunjukan
tingkat kenaikan harga, sedangkan Pengangguran adalah kesempatan yang timpang
yang terjadi antara angkatan kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian
angkatan kerja tidak dapat melakukan kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai
keterkaitan terhadap Pengangguran. Tingkat Pengangguran yang rendah akan
menimbulkan masalah Inflasi, sebaliknya bila tingkat Pengangguran tinggi
tingkat harga-harga relatif stabil.
Selain itu, melemahnya
daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang (Inflasi), berakibat pada
lemahnya investasi pula, dan akhirnya berdampak pada menambahnya Pengangguran
karena tidak adanya kesempatan kerja.
DAFTAR
PUSTAKA